SELAMAT DATANG

Selasa, 21 Juli 2009

MENJAGA EKOSISTEM PEGUNUNGAN: MERAWAT KEHIDUPAN

<span class="blsp-spelling-error" id="SPELLING_ERROR_0">EKSOSISTEM</span> <span class="blsp-spelling-error" id="SPELLING_ERROR_1">PEGUNUNGAN</span> <span class="blsp-spelling-error" id="SPELLING_ERROR_2">PERLU</span> <span class="blsp-spelling-error" id="SPELLING_ERROR_3">PERHATIAN</span> YANG <span class="blsp-spelling-error" id="SPELLING_ERROR_4">MEMADAI</span>

Oleh: Nur Sumedi


Indonesia dengan 129 gunung utamanya adalah negara dengan jumlah gunung paling kaya di dunia. Sayangnya paradigma pengelolaan ekosisitem gunung yang holistik dan terpadu belum berjalan dengan baik. Belitan kemiskinan dan kerusakan lingkungan adalah sejoli yang lazim terjadi di daerah-daerah pegunungan di Indonesia, terutama daerah dengan kepadatan penduduk tinggi seperti di Jawa. Sebuah paduan yang menyedihkan. Sekitar 23 juta penduduk Indonesia atau sekitar 10 persen dari 227 juta penduduk Indonesia adalah masyarakat yang mendiami daerah pegunungan. Namun sayangnya para penjagamenara air” yang menjadi penopang kehidupan mayoritas penduduk di bawahnya itu, menikmati pendapatan per kapita yang paling rendah. Sudah seharusnya perhatian dan manajemen yang lebih baik mulai difokuskan di wilayah yang secara ekologis sangat vital ini.

Gunung ataupun pegunungan adalah ekosistem yang unik dan khas di lanskap daratan. Wilayah pegunungan mencakup luasan yang lebih terbatas diperkirakan hanya sekitar 24 persen dari luas daratan secara keseluruhan, namun secara ekologis merupakan pilar yang menyokong kehidupan orang yang tinggal di wilyah ini dan juga menjadi gantungan penduduk di bawahnya. Nampaknya belum ada, atau paling tidak sulit sekali menemukan penelitian di Indonesia yang memfokuskan gunung atau pegunungan sebagai sebuah Ekosisitem Pegunungan yang utuh dan terpadu. Padahal keberadaan eksositem ini tidak hanya penting bagi orang pegunungan, tapi juga menjadi tumpuan hidup bagi jutaan manusia hampir secara keseluruhan.

Gunung sering didefinisikan sebagai sebuah bentuk tanah yang menonjol di atas wilayah sekitarnya. Sebuah gunung biasanya lebih tinggi dan curam dari sebuah bukit, tetapi ada kesamaaan, dan penggunaannya sering tergantung dari adat lokal. Beberapa ahli mendefinisikan gunung dengan puncak lebih dari besaran tertentu; misalnya, Ensiklopedia Britannica membutuhkan ketinggian 2000 kaki (610 m) agar bisa didefinisikan sebagai gunung. Sebuah gunung biasanya terbentuk dari gerakan tektonik lempeng, gerakan orogenik atau gerakan epeirogenik. Pegunungan merupakan kumpulan atau barisan gunung (Wikipedia Indonesia, 2007). Indonesia juga mempunyai 129 buah gunung api aktif atau sekitar 13% dari gunung api aktif didunia. Seluruh gunung api tersebut berada dalam jalur tektonik yang memanjang mulai dari Pulau-pulau Sumatera, Jawa, Nusa Tenggara, Kep. Banda, Halmahera dan Kep. Sangir Talaud yang menempati seperenam dari luas daratan Nusantara. lebih dari 10% populasi penduduk berada dikawasan rawan bencana gunung api.

Di beberapa tempat di dunia ekosistem gunung terlihat terpisah atau sengaja dipisahkan dengan ekosistem dibawahnya, namun pengaruhnya secara alamiah terhadap lingkungan dan kehidupan manusia tetap sangat besar. Lebih dari setengah populasi manusia di dunia tergantung oleh air yang berasal dari aliran sungai-sungai yang bersumber dari gunung, baik untuk kebutuhan minum, pengairan tanaman pangan, sumber tenaga listrik dan bagi keberlanjutan berbagai industri. Setiap tahun sekitar 15 persen dari sekitar 20 persen pendapatan sektor wisata diperoleh dari aktivitas wisata yang berkaitan dengan pegunungan.

Enam tahun yang lalu, yakni tahun 2002, tepatnya di Johannesburg, South Africa, di bulan September 2002 adalah deklarasi pencanangan Tahun Pegunungan International (The International Year of Mountains) oleh Sekretaris Jenderal Perserikatan Bangsa Bangsa, waktu itu Kofi Annan. Selanjutnya agenda penyelamatan ekosistem gunung dituangkan dalam dokumen Bab 13 Agenda 21, dengan fokus pada perlindungan ekosistem pegunungan, dan peningkatan kesejahteraan masyarakat pegunungan. Bahkan sejak tahun 2003 tanggal 11 Desember dijadikan sebagaiHari Gunung Internasional. Setelah enam tahun sejak dideklarasikan sebagai ekosistem prioritas oleh Perserikatan Bangsa-Bangsa, karena perannya yang sangat vital dalam menyokong kehidupan bagi sebagian besar jumlah manusia, perhatian kita di Indonesia terhadap ekosistem pegunungan masih belum memadai. Program yang fokus dengan pendekatan yang komprehensip belum banyak dulakukan, padahal ancaman serta tekanan terhadap peran dan fungsi ekosistem pegunungan semakin berat. Degradasi hutan, lenyapnya semakin banyak mata air, tingginya sedimentasi, punahnya jenis-jenis asli baik flora maupun fauna, dan memudarnya tradisi dan budaya asli pegunungan adalah fenomena yang terus berlangsung. Berbagai tekanan yang berat baik internal maupun eksternal pada ekosistem pegunungan seharusnya tidak menjadi penghalang bagi manajemen-manajemen sumberdaya alam secara bijak.

Peran strategis dan vital ekosistem gunung paling tidak adalah sebagai sumber air, atau pemelihara mata air, konsentrasi keragaman hayati, memiliki potensi budaya dan tradisi yang khas. Ekosistem Gunung berfungsi ekologis, sosial-budaya, ekonomis dan estetis.


  1. Menara Air

Air adalah kebutuhan dasar manusia, air juga tidak bisa dilepaskan atas bermaknannya sumberdaya lainnya, bahkan tanpa kehadiran air kehidupan juga tidak akan berlangsung. Air merupakan sumberdaya vital untuk kebutuhan rumah tangga dan industri, peningkatan produksi pertanian yang mencakup manusia yang tinggal dimana saja baik perkotaan maupun pedesaan.


Sejatinya peradaban manusia telah berjalan dengan dukungan dan dipengaruhi oleh keberadaan sumber-sumber air. Perkembangan daerah hunian masyarakat terutama pada saat-saat awal peradaban manusia biasanya mengikuti pola aliran sungai dan sekitar sumber-sumber mata air termasuk danau, sendang atau umbul. Sungai-sungai besar seperti Bengawan Solo, Sungai Serayu, Sungai Brantas, Sungai Musi, Sungai Kapuas tidak hanya besar karena aspek teknis geogarafis saja, tapi juga menjadi pilar dan saksi bagi perkembangan budaya-budaya besar di Indonesia.

Saat ini krisis air bersih semakin meluas. Peningkatan jumlah penduduk melahirkan konsekuensi akan peningkatan kebutuhan air bersih. Saat ini sekitar sepertiga dari jumlah penduduk dunia yakni sekitar 2,2 milyar lebih dari sekitar 6,7 milyar total penduduk dunia, yang tersebar di sekitar 40 negara mengalami kesulitan mendapatkan air bersih yang memadai. Jumlah penduduk dunia diperkirakan akan mencapai 7 miliar jiwa pada tahun 2012. Terdapat 6,7 miliar penduduk dunia saat ini dengan pertambahan jumlah 1,2 persen setiap tahunnya. Negara China, India, dan Amerika Serikat adalah negara dengan jumlah penduduk terbesar di Dunia. Padahal jumlah penduduk dunia belum mencapai 1 miliar hingga tahun 1800. Selain pertambahan jumlah penduduk, manusia moderen ternyata juga membutuhkan jumlah air bersih per individu meningkat tujuh kali lipat dibandingkan generasi peradaban lalu. Sementara itu perhatian terhadap kelestarian ekosistem pegunungan sebagai sumber mata air utama keberadaaan air bersih belum terlihat dari manajemen yang belum tepat.

Hingga saat ini jumlah penduduk Indonesia sebanyak 227 juta jiwa, dengan tingkat pertumbuhan 1,3% per tahun, maka berarti dalam 25 tahun mendatang akan terjadi lonjakan jumlah penduduk hingga mencapai total lebih dari 300 juta jiwa. Pulau Jawa memiliki luas hanya sekitar 7 persen dari total luas daratan di Indonesia, namun saat ini menjadi hunian bagi 65 persen dari total penduduk Indonesia, ya luas Pulau Jawa 12,9 juta hektar dengan jumlah penduduk sekitar 129 juta jiwa. Sedangkan potensi sumber daya airnya diperkirakan hanya 4,5 persen dari total potensi SDA di Indonesia. Tambahan lagi luas lahan pertanian juga masih terkonsentrasi di Pulau Jawa yang membutuhkan air dalam jumlah besar, bahkan dari total potensi air yang hanya 4,5 persen tersebut, 75 persen diantaranya dipergunakan untuk keperluan pengairan irigasi. Oleh karena itu Jawa telah tergolong pulau yang kritis air (water stress area). Saat ini setiap penduduk di Jawa hanya terpenuhi kebutuhan air dalam satu tahun sebesar 1.500 m3/kapita. Dalam standar kebutuhan air manusia, bila suatu wilayah, pemenuhan kebutuhan airnya sudah dibawah 2000 m3 per kapita per tahun, maka kawasan itu termasuk daerah yang water stress area.


  1. Hot Spot Keragaman Hayati

Hutan merupakan komunitas utama dalam upaya pengelolaan ekosistem pegunungan yang berkelanjutan, terutama dalam konservasi daerah aliran sungai yang menyuplai lebih separuh kebutuhan air bagi penduduk. Hutan pegunungan berperan besar dalam proses pengaturan kelembaban udara regional, aliran air sungai, pengurangan erosi dan sedimentasi. Dalam bentang hutan inilah terkonsentrasi keragaman hayati terkaya di daratan. Hutan pegunungan juga menyediakan sumberdaya penting baik kayu maupun non kayu untu daerah yang sangat luas.

Betapa pentingnya ekosistem gunung bagi keberadaan ragam hayati karena:

  • Wilayah gunung mewakili seagian besar daerah semi alami di berbagai bealahan dunia.

  • Ekosistem gunung sangat kaya keragaman hayati yang merupakan keombinasi antara jumlah jenis dan habitat, pola-pola adaptasi yang khusus terhadap lingkungannya.

  • Wilayah gunung merupakan perpaduan yang kompleks yang membentuk sistem hidro-geologikal dalam daerah aliran sungai.

  • Daerah pegunungan adalah tempat penting yang menjadi pilihan bagi berbagai macam studi penting hubungan antara ekologi, atmosfir, faktor geo-pedologi dan praktik-praktik agroforestri.

  • Ekosistem gunung adalah ekosistem yang peka

  • Wilayah dengan dinamika tinggi dan memilki peran stabilisasi yang penting terutam dalam hal erosi, banjir, dan longsor.

  • Merupakan tempat tinggal yang aman selama berabad-abad bagi jenis-jenis endemik ( mamalia, burung, serangga, flora, jamur dan lumut).

  • Merupakan ekosisitem yang rentan (fragile ecosystem) yang juga memiliki carrying capacity yang terbatas dengan berbagai tekanan lingkungan yang tinggi. Hal ini sudah selayaknya mengundang penanganan untuk mencegah kerus lebih lanjut dengan pengelolaan yang lebih tepat.

  • Hutan membentuk mahkota-mahkota dalam lanskap pegunungan. Hutan pegunungan dicirikan oleh resisten yang kuat tapi dengan resilience yang rendah.

Sedangkan dari aspek konservasi tanah, air dan udara dan menjaga keseimbangan lingkungan lainnya adalah:

  • Perhatian publik pada daerah pegunungan yang terutama adalah konservasi tanah.

  • Hutan adalah penjaga dan penjamin keamanan daerah pegunungan. Perlindungan terhadap tanah dan air melalui penutupan hutan mampu mengatasi keterbatasan geologis, mempengaruhi daerah hulu dan hilir.

  • Hutan pegunungan telah beradaptasi terhadap kondisi tanah baik secara fisik, kimia dan mikrobiologis. Adaptasi ini berpengaruh terhadap konservasi, evolusi dan keragaman.

  • Gunung menyediakan lebih dari setengah kebutuhan air bersih. Gunung adalah pusatnya air bersih meskipun bukan satu-satunya, juga pemelihara kulitasnya disamping juga menjaga kualitas udara.

  • Keberadaan hutan di pegunungan merupakan perlindungan yang paling efektif, lebih murah dan memberikan nilai estetik yang tak terkira nilainya.

  • Nilai ekonomis dari peran hutan pegunungan bagi konservasi jelas sangat tinggi.

Pentingnya hutan pegunungan secara sosial ekonomis dapat dirumuskan sebagai berikut:

  • Hutan adalah bagian integral dan sentral bagi pengembangan di daerah pegunungan.

  • Hutan gunung karena ragam kondisi yang dimilikinya menjadi pendukung kebutuhan ekonomi dan sosial.

  • Hutan pegunungan memiliki peran yang besar dalam menjaga kehidupan sosial, budaya dan menjadi penghubung solidaritas masayarakat pegunungan.

  • Hutan pegunungan juga memberikan lapangan pekerjaan dan penghasilan, yang pada gilirannya memperkecil eksodus penduduknya ke perkotaan.

  • Pada banyak daerah hutan pegunungan menjadi basis bagi rantai produksi, sumberdaya penting bagi kehidupan sehari-hari dan pembangunan karena wilayahnya yang terpencil.

  • Hutan pegunungan memberikan manfaat penting bagi masayarakat dan pelaku usaha, bahkan banyak produknya yang berkualitas sangat baik.

  • Manajemen pegunungan yang lestari membutuhkan biaya yang lebih tinggi dari ekosistem lainnya, namun manfaat sosial, ekonomi dan lingkungan yang diberikan juga jauh lebih tinggi.


  1. Keragaman Budaya

Selain keragaman flora dan fauna wilayah pegunungaan juga memilki kekayaan budaya dan tradisi. Tingginya keragaman budaya yang khas adalah hasil evolusi hubungan antara masayarakat pegunungan dengan lingkungannya yang juga khas. Masyarakat mencoba mengisi relung kehidupan yang tersedia dengan topografi yang khas, kebanyakan juga merupakan wilayah terpencil bahkan ada yang terisolasi dari komunitas masayarakat lainnya, keterampilan untuk memaksimalkan hasil pangan bersamaan dengan upaya meminimalkan resiko yang dalam banyak hal bernilai konservasi.

Selama berabad-abad pegunungan telah menjadi ekspresi spiritual kehidupan manusia, baik sebagai tempat pemujaan tuhan, tempat keramat maupun hingga saat ini menjadi inspirasi budaya dan seni bagi banyak orang. Wayang, berbagai tarian, puisi, prosa, tradisi adat lainnya banyak lahir di atau diilhami oleh suasana pegunungan. Apalgi banyak budaya yang terkait dengan keberadaan air atau mata air yang menjadi ciri khas ekosistem gunung, maka tempat ini bukan hanya sering dipercaya sebagai tempat tinggal para dewa, tapi secara faktual juga menjadi penopang kehidupan bagi mayoritas masyarakat baik yang tinggal di gunung itu maupun yang tinggal di sepanjang daerah aliran sungai yang dilaluinya.


  1. Jadi Apa Yang Seharusnya Dilakukan ?

  • Perluasan perspektif. Sumberdaya hutan pegunungan dan hubungannya dengan komunitas lainnya adalah bagian dari ekosistem dan proses-proses yang lebih besar. Pengaruhnya melewati ekosistem pegunungan itu sendiri termasuk: konservasi alam dan aset budaya, pengembangan pedesaan, air dan manajemen daerah aliran sungai, perbaikan sosial ekonomi yang terpadu.

  • Penegakan manajemen adaptif yang bersifat lokal. Kelestarian ekosistem pegunungan termasuk kekhasan, kompleksitas, kerentanan dan hubungan ekologis lainnya termasuk dengan penduduknya membutuhkan pendekatan manajemen yang tepat yang sesuai dengan situasi dan kondisi lokal. Pendekatan pengelolaan itu sedapat mungkin mengadopsi kearifan-kearifan tradisional yang berkembang disamping pendekatan yang bersifat interdisiplin yang pas.

  • Berbagi tanggung jawab. Untuk menjaga kondisi alam yang baik di daerah pegunungan dan hubungan timbal balik antara daerah hulu dan hilir membutuhkan tanggung jawab bersama, pelibatan masayarakat, peningktan governance dan manajemen kolaboratif dan penguatan solidaritas kebersamaan disetiap level. Kerjasama berbagai pelaku dalam penerapan kebijakan dan operasianal yang baik adalah langkah untuk mencapai kelestarian ekosistem.

  • Berbagi manfaat. Ekosistem pegunungan dalam pengeloaan yang tepat akan memberikan berbagai manfaat yang berkelnajutan bagi daerah hilir. Secara sosial ekonomi banyak manfaat yang didapatkan oleh banyak pihak dari ekosistem pegunungan, termasuk akibat negatifnya bila pengelolaannya tidak benar. Oleh karena itu aliansi, koalisi, kemitraan, kesepahaman dan perjanjian berkaitan dengan konservasi hutannya sera manajemen antara pelaku lokal dan nonlokal akan membantu mengalirnya secara lebih adil manfaat yang didapat di setiap level.